Bekal Menerjemahkan Bahasa Arab (Bag. 1)
Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,
Ilmu terjemah bahasa Arab itu multifungsi
Ilmu terjemah bahasa Arab itu sangat luas kegunaannya. Ilmu tersebut dibutuhkan bukan hanya oleh orang yang berprofesi penerjemah, namun juga setiap pembaca teks bahasa Arab. Yang ingin tahu artinya, pastilah ada proses menerjemah di dalam hatinya. Mulai dari dai, penulis, editor, praktisi, akademisi, bahkan setiap pembaca Al-Qur’an dan hadis yang ingin tahu makna keduanya, tentulah mereka membutuhkan ilmu terjemah ini sesuai dengan kadar aktifitasnya tersebut.
Oleh karena itu, dalam rangka mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, penulis ingin berbagi bekal sederhana dalam menerjemah. Semoga Allah Ta’ala menjadikan artikel sederhana ini bermanfaat luas bagi berbagai lapisan masyarakat kaum muslimin.
Bekal menerjemah tersebut terbagi menjadi tiga poin:
Pertama: Padanan istilah tata bahasa dalam dua bahasa (dalam pembagian kata maupun struktur kalimat)
Kedua: Kesalahan dalam menerjemahkan
Ketiga: Bagan penting yang diperlukan dalam menerjemah
Padanan istilah tata bahasa dalam dua bahasa
Menerjemahkan berarti mengungkapkan makna dari bahasa sumber (Arab) ke dalam bahasa sasaran (Indonesia). Oleh karena itu, seorang penerjemah perlu menguasai kedua bahasa tersebut, yaitu: bahasa sumber maupun bahasa sasaran.
Sedangkan masing-masing dari kedua bahasa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga dalam menerjemahkan, perlu pengadaptasian dari karakteristik bahasa Arab kepada karakteristik bahasa Indonesia.
Untuk bisa mengadaptasikan karakteristik sebuah bahasa kepada bahasa lain dengan baik, seorang penerjemah perlu memahami padanan istilah tata bahasa dari kedua bahasa tersebut.
Padanan istilah tata bahasa setidaknya mencakup dua poin:
Pertama: Padanan istilah dalam pembagian kata
Kedua: Padanan istilah dalam struktur kalimat
Padanan istilah dalam pembagian kata
Dalam ilmu Nahwu, Al-Kalimah (kata) terbagi menjadi tiga macam: harfun, ismun, dan fi’lun.
Harfun
Harfun (huruf bermakna):
الحرف هو كلمة لا يفهم معناها إلا مع غيرها
“Huruf adalah kata yang tidak bisa dipahami maknanya, kecuali (disertai) dengan selainnya.”
Mengapa huruf bermakna disebut sebagai “kata”?
Karena huruf dalam bahasa Arab terbagi dua, yaitu
Huruf Mabani: aksara penyusun kata, (seperti: alif, ba’, ta’, dst.). Inilah yang di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “huruf”, yaitu tanda aksara sebagai anggota dari abjad (a, b, c, dst.).
Huruf Ma’ani (huruf inilah yang dibahas dalam Nahwu): alat bahasa penghubung antar kata dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Pertama: Masuk ke isim: huruf jar/preposisi (kata depan), dan lain-lain.
Kedua: Masuk ke fi’il: huruf nashab, huruf jazm, dan lain-lain.
Ketiga: Masuk ke isim dan fi’il: huruf istifham, athaf, dan lain-lain.
Fi’lun
Fi’lun (kata kerja dan sebagian kata sifat):
الفعل هو كلمة دلت على معنى واقترنت بزمن
“Fi’il adalah kata yang menunjukkan kepada makna dan diiringi oleh waktu.”
Contoh:
Pertama: Fi’il yang merupakan kata kerja:
كتب(menulis), ذهب(pergi), قرأ (membaca).
Kedua: Fi’il yang merupakan kata sifat:
جَمُلَ (cantik,indah), قَرُبَ (dekat), كَثُرَ (banyak).
Ismun
Ismun (kata selain harfun dan fi’lun):
الاسم هو كلمة دلت على معنى بنفسه ولم تقترن بزمن
“Isim adalah kata yang menunjukkan kepada makna dengan sendirinya dan tidak diiringi oleh waktu.”
Dengan demikian, isim adalah seluruh kata selain kata kerja, kata sifat yang berbentuk fi’il dan huruf bermakna.
Contoh cakupan isim:
Pertama: kata benda (nomina/isim mashdar). Contoh : كرسي (kursi), كتاب (buku), درس (pelajaran)
Kedua: kata sifat (adjektiva/isim fa’il, isim maf’ul, sifah musyabbahah bismil fa’il, isim tafdhil, dan lain-lain). Contoh: ناشط (rajin), كسلان (malas), جمال (cantik, indah).
Ketiga: kata keterangan (adverbal/isim zaman dan makan,dll). Contoh: أمس (kemarin), غد (besok), أمام (depan), خلف (belakang).
Keempat: kata ganti (pronominal/isim dhamir), kata tanya, kata bilangan (numeralia), kata sambung (konjungsi/isim maushul dan isim syarat), dan lain-lain.
Baca juga: Pelajarilah Bahasa Arab Agar Memahami Agama
Padanan istilah dalam struktur kalimat
Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia
Kalimat merupakan rangkaian beberapa kata yang memiliki makna/informasi di dalamnya. Tiap kalimat dibangun atas unsur-unsur kalimat, mulai dari subyek (S), predikat (P), obyek (O), dan keterangan (K), disebut struktur kalimat SPOK, dan dalam beberapa kalimat terdapat unsur tambahannya.
Contoh struktur dasar kalimat dalam bahasa Indonesia adalah:
Pertama: SP = Ali belajar.
Kedua: SPO = Utsman membeli kitab.
Ketiga: SP Pel = Ulama berbicara tegas.
Keempat: SPO Pel = Kholid membelikan adiknya mushaf baru.
Kelima: SPK = Umar belajar di masjid.
Keenam: SPOK = Ahmad memasukkan mushaf ke saku.
Ketujuh: SP Pel K = Muhammad berbelanja sendirian di toko buku.
Kedelapan: SPO Pel K = Ummi mengirimi saya uang setiap bulan.
Struktur kalimat dalam bahasa Arab
Pertama: Fi’il – fa’il
نام الطالب
Kedua: Fi’il – fa’il – maf’ul bih
قرأت القرآن
Ketiga: Fi’il – fa’il – hal
شربت الماء جالسا
Keempat: Fi’il – fa’il – tamyiz
طاب محمد بدنا
Kelima: Fi’il – fa’il – huruf jar – isim majrur
ذهبت إلى المسجد
Keenam: Fi’il – na’ibul fa’il
كتب الدرس
Ketujuh: Mubtada – khabar
الأستاذ في المسجد
Kedelapan: Inna – isim inna- khabar inna
إنكم مسئولون
Kesembilan: Kaana – isim kaana – khabar kaana
كان العلماء حاضرین
Kesepuluh: Harfun nida – munada
يا أحمد أقم الصلاة
Padanan istilah dalam dua struktur bahasa
Pertama: Subjek adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai inti pembicaraan yang dijelaskan oleh fungsi/unsur kalimat lainnya dan menjadi jawaban “siapa” atau “apa”. Subjek bisa berupa nomina (kata benda), frasa nomina, atau klausa.
Dengan demikian, subjek bisa berupa: fa’il, na’ibul fa’il, mubtada’, isim kana, dan isim inna.
Kedua: Predikat adalah unsur kalimat yang menjelaskan subjek secara langsung dan sebagai jawaban dari “mengapa” atau “bagaimana”.
Dengan demikian, predikat bisa berupa: khabar, khabar inna, khabar kana.
Ketiga: Objek adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat atau yang dikenai pekerjaan pada kalimat transitif. Secara umum berupa kata benda atau yang dianggap benda.
Dengan demikian, objek berupa: maf’ul bih.
Keempat: Keterangan adalah unsur kalimat yang menerangkan berbagai hal unsur kalimat lainnya (menerangkan S/P/O/Pel) dan dapat diletakkan secara bebas dalam kalimat. Dengan demikian, keterangan bisa berupa: na’at, maf’ul ma’ah, ma’ul liajlih, taukid, idhafah, hal.
***
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Artikel asli: https://muslim.or.id/85213-bekal-menerjemahkan-bahasa-arab-bag-1.html